Saturday, March 3, 2007

INTROSPEKSI

Dalam bahasa inggris tertulis introspection, yang dalam Oxford Dictionary diartikan dengan “ the careful examination of your own thoughts, feeling, etc.” makna dari kata ini agak mengusik saya saat, apa mungkin saat ini masih ada orang yang melakukan introspeksi terhadap kronologis perbuatan, sikap dan prilaku yang telah dikerjakannya sendiri dan seandainya ada, apa masih objektifkah penilaian itu ?, kemudian apa tolok ukur dan nilai-nilai yang dijadikannya pembanding dalam melakukan introspeksi ?.

Di zaman semua ukuran dan tata nilai menjadi kabur seperti saat ini, rasanya cukup sulit melakukan introspeksi atau auto-kritik terhadap diri sendiri, mungkin saja pernah kita lakukan dan bahkan barangkali sering kita lakukan kegiatan yang namanya introspeksi ini, tetapi dapat dipastikan hasilnya pasti lebih cenderung bersifat subjektif dibanding objektif, karena didalam hati, otak dan jantung kita saat ini telah diformat dan disetting oleh situasi, keadaan, dan system nilai yang tidak lagi memiliki aura kemurnian dan keaslian, sehingga setiap kita selesai melakukan introspeksi, hasilnya selalu tertuju keluar dan menunjuk kearah lain, ntah itu orang, situasi dsbnya, jarang sekali hasilnya menunjuk ke dalam atau kearah diri kita sendiri. Seyogyanya introspeksi yang kita lakukan akan memberikan feedback ke dalam diri kita sendiri, seharusnya hasil dari sebuah introspeksi berupa sebuah keadaan psikhis yang menyatakan “ bahwa ini terjadi karena aku berbuat /melakukan ini, atau karena aku tidak berbuat/melakukan ini “

Kegiatan introspeksi selalu dianjurkan, atau cenderung dilakukan pada saat seseorang mengalami hal-hal yang kurang berkenan atau tidak mengenakkan, sedang sial, tidak beruntung, sedih, jutek, dsbnya, dsbnya. Langka dan jarang sekali seseorang melakukan introspeksi pada saat dia mengalami hal-hal yang enak-enak, bahagia, happy atau sedang mengalami kesuksesan.

Bagaimana sich cara melakukan introspeksi yang baik dan biar hasilnya objektif …?
Wach, saya sich bukan pakar dibidang itu, jadi jawabnya nggaaaak tau’, tapi introspeksi sering saya lakukan dengan cara terlebih dahulu membuka dan membiasakan diri untuk rela dan bersedia dikritik, legowo menerima semua kritik walau sepedas, sepahit, sepanas sekasar apapun kritik itu dilontarkan kepada saya, karena pesan almarhum orang tua saya yang sampai saat ini tetap saya patuhi dan jadikan pegangan adalah “ besarlah kamu dari kritikan, jangan kamu besar karena pujian “. Sederhana memang petuah itu tapi sangat dalam maknanya dan pengaruhnya dalam hidup dan kehidupan saya……

Sekarang apa sih hubungannya antara introspeksi dengan kritik, maksud saya cobalah, ayo dong segera kita melakukan introspeksi diri pada saat kita dikritisi, kalau selama ini anda biasa menerima kritik dan tidak pernah benci atau marah dengan orang yang melakukan kritisi, saya yakin dan percaya, hasil dari introspeksi yang kita lakukan akan membawa hasil yang baik, objektif dan mengarah kearah kita, ke dalam, bukan ke luar….

Kemudian arahkan introspeksi pada kesalahan-kesalahan, kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan jangan pernah menunjuk pada kesalahan dan kekeliruan orang lain, sulit memang mengakui atau melihat kesalahan dan kekeliruan kita, tapi tidak akan sulit kalau kita membiasakan dan membuka diri untuk dikritisi, karena dengan kritikan kita seolah-olah berdiri didepan cermin, melihat dan telanjang dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
Akhirnya saya ingin mengajak semua yang namanya manusia untuk senantiasa melakukan kegiatan rutinitas yang namanya “ introspeksi “ karena dengan introspeksi berarti kita melakukan reparasi dan perbaikan dalam diri kita sendiri, tapi mari kita sama-sama mengingatkan diri kita sendiri agar pada akhir dari perjalanan introspeksi itu ada kesimpulan yang bermakna : “ bahwa sesuatu itu terjadi disebabkan ini yang menunjuk ke dalam, bukan disebabkan oleh itu yang menunjuk keluar “ karena menurut saya itulah makna hakiki dari INTROSPEKSI.

No comments:

Powered By Blogger