Sunday, April 22, 2007

BERGURU KEPADA ALAM

Musibah, Kesulitan, Penyakit, atau sesuatu yang tidak kita inginkan terkadang kerap menyapa dan mampir dalam kehidupan kita. Kemudian kita berkeluh-kesah, mengeluh dan bersungut-sungut serta mengumpat bahwa ini adalah hukuman, bahwa ini adalah bentuk kebencian tuhan pada kita, bahwa ini adalah yang tidak seharusnya ditimpakan kepada kita dan berbagai omelan yang kita tujukan kepada diri kita, tuhan dan mungkin juga kepada orang-orang dan benda-benda disekeliling kita.

Sesuatu yang tidak kita inginkan memang tidak selamanya dapat kita tolak atau hindari, karena secara kodrati, ia memang harus datang, harus kita alami dan rasakan dan sekali-kali layak kita undang kehadirannya untuk sejenak bercerita, bergurau dengan canda-tawanya, mendengar tausiah-tausiahnya, berdiskusi dan berdebat, bahkan tidak tertutup kemungkinan kita juga perlu bertengkar dan berkelahi dengannya.

Memaknai dan belajar dari sesuatu yang tidak kita inginkan yang terjadi dan sedang menimpa kita, seharusnya memang sering kita lakukan, karena secara tidak kita sadari sesuatu yang tidak kita ingini itu, jika dilihat melalui mata bathin dan mata hati, banyak sekali memperlihatkan kepada kita sesuatu yang indah, sesuatu yang membuat kita tahu dan berpengetahuan dan sesuatu yang membuat kita tersenyum, merengut, marah dan pemaaf.

Tidak lagi diperlukan, tidak menjadi orang penting lagi, “ laskar tak begune ”, dicuekin, terbaring sakit, dan berbagai peristiwa yang tidak kita inginkan, pasti akan dialami oleh seluruh manusia yang hidup dan berprofesi, peristiwa ini harus tercatat dalam partitur nada orchestra kehidupan ini, tanpa dia, nada kehidupan akan sumbang dan hambar.

Bukankah tidak lagi diperlukan mengajari kita tentang arti dan makna hakiki dari enaknya diperlukan dan tidak enaknya tidak diperlukan…?
Bukankan Sakit mengajari kita tentang arti dan makna hakiki dari nikmatnya kesehatan dan tidak enaknya sakit...?
Bukankah masa Tua mengajari kita tentang arti dan makna hakiki dari enaknya masa Muda dan tidak enaknya masa Tua…?
Bukankah masa Paceklik mengajari kita tentang arti dan makna hakiki dari enaknya masa Panen dan tidak enaknya masa Paceklik…?

“Alam takambang jadi guru” begitu pepatah Minangkabau memberikan petuah kepada kita, bahwa alam ini harus menjadi guru bagi kita. Melalui Guru alam ini memang tidak mudah kita belajar, karena untuk memahami sebuah ke“ada”an dia acapkali memperlihatkan ke“tidak-ada”an. Sesuatu yang berliku, menukik, terjal dan tajam menurut kita, kadang berbeda makna menurut Guru Alam.

Mengapa kita harus berkeluh kesah, marah, jengkel, menggerutu, stress, bete, dan sebagainya…?, pada saat sesuatu yang tidak kita ingini mendera dan menghantui kehidupan kita.
Mengapa kita harus tertawa terbahak-bahak, lupa diri, pesta pora, sombong, ria, dan sebagainya…?, pada saat sesuatu yang kita ingini dapat kita raih dan berpeluk mesra dengan kehidupan kita.
Mengapa tidak dari saat ini saja kita belajar dari Guru Alam…?
Powered By Blogger