Thursday, March 22, 2007

Pesawat Jatuh

Membaca buku “ merenung sampai mati”, karangan Prie GS, kadang-kadang membuat saya ketawa, sedih, merinding dan terkadang haru. Dalam salah satu tulisannya dalam buku itu yg berjudul “ Pesawat Jatuh “ menarik untuk saya ulas dan ceritakan kembali disini.

Pesawat Jatuh, bagi Prie GS, adalah sesuatu yg lumrah dan wajar-wajar saja, karena setiap yg bermain diketinggian harus siap jatuh, jadi jatuhnya pesawat adalah kodrat, layaknya kodrat manusia hidup adalah kematian. Memaksakan pesawat utk terus menerus terbang dengan selamat sama halnya dengan memaksa manusia terus menerus hidup.

Di dalam paragraph lain dari tulisan ini, dia mengajak kita semua untuk merubah gaya dan cara pandang kita pada saat akan menaiki pesawat, yaitu dengan menganggap dan membayangkan bahwa pesawat adalah peti mati massal, sehingga didalam lambung pesawat, STOP.....!!! semua pembicaraan dunia, karena kematian hanya berjarak sekian millimeter disamping kita.

Sekilas pendapat-pendapat dari tulisan ini sepertinya membenarkan alasan dari pejabat terkait tentang penyebab terjadinya beberapa musibah dan kecelakaan yang melanda negeri ini yang mengatakan bahwa “ ini musibah ”. Diluar konteks pembenaran dan pembelaan terhadap pihak-pihak terkait, pendapat ini nggak ada salahnya kalau kita renungi dan hayati secara naluriah.

Kecelakaan, musibah dan bencana yg silih berganti menimpa negeri ini, sebenarnya adalah cara Tuhan untuk meminta kita berpaling sejenak dari hal-hal yang selama ini menurut kita adalah kewajaran dan kelumrahan ternyata TIDAK bagi Tuhan, bukankah selama ini kita selalu menganggap bahwa :
Keselamatan yang kita alami adalah akibat dari kecanggihan teknologi transportasi semata….?
Kesehatan yang kita rasakan adalah akibat dari kecanggihan dibidang farmasi dan kedokteran semata…..?
Kepintaran dan kepandaian adalah akibat dari majunya system pendidikan dan terpenuhinya Gizi….?
Berangkat ketanah suci Mekkah menjalankan ibadah haji karena saya punya uang….?
Saya seperti dan kaya begini, karena selama ini saya giat bekerja, hemat dan sebagainya dan sebagainya alasan dikemukakan dan dijadikan penyebab mengapa hal itu terjadi….
Jarang dan langka sekali kita dengar saat ini, jika itu hal yg menyenangkan dan menggembirakan, orang membawa nama SANG PENCIPTA sebagai penyebabnya, tetapi pada saat musibah datang, kesusahan dan kesulitan membebani, penyakit menggrogoti, nama SANG PENCIPTA selalu terdengar, “ ini adalah kehendak Tuhan ”

Sudah saatnya kita semua, bukan hanya bertobat, tetapi kembali menatap bukan hanya dengan mata lahir, karena mata lahir ini sudah sering tersilaukan oleh cahaya dunia, tetapi harus kita gunakan juga mata hati yang insya Allah belum terkontaminasi oleh racun dunia.
Berdirinya Borobudur, Taj Mahal, Menara Eiffel, Pisa, Monas atau Tembok Besar Cina, dan kemajuan teknologi diberbagai bidang, bukanlah keajaiban dunia semata, tetapi adalah berkat keajaiban Tuhan yg memberikan secuil ilmunya kepada manusia, jadi sudah sepatutnya kita bersyukur kepadaNya.

No comments:

Powered By Blogger